Saat ini, di tengah-tengah masyarakat sedang marak berbagai aktivitas yang mengatasnamakan cinta Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam. Kecintaan kepada Rasulullah shallallaahu ;alaihi wasallam adalah perintah agama. Tetapi untuk mengekspresikan cinta kepada Rasulullah shallallaahu ;alaihi wasallam tidak boleh kita lakukan menurut selera dan hawa nafsu kita sendiri. Sebab jika cinta Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam
itu kita ekspresikan secara serampangan tanpa mengindahkan syari’at
agama, maka bukannya pahala yang kita terima, tetapi malahan menuai
dosa.
Dengan mengacu pada hadits shahih di atas, mari kita membahas poin-poin berikut ini: Kewajiban cinta kepada Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam, kenapa harus cinta Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam ?, apa tanda-tanda cinta Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam ?, bagaimana agar mencintai Rasul shallallaahu 'alaihi wasallam?
1. Kewajiban Cinta Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam
Hadits shahih di atas adalah dalil tentang wajibnya mencintai Nabi shallallaahu ;alaihi wasallam
dengan kualitas cinta tertinggi. Yakni kecintaan yang benar-benar
melekat di hati yang mengalahkan kecintaan kita terhadap apapun dan
siapapun di dunia ini. Bahkan meskipun terhadap orang-orang yang paling
dekat dengan kita, seperti anak-anak dan ibu bapak kita. Bahkan cinta
Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam itu harus pula mengalahkan kecintaan kita terhadap diri kita sendiri.
Dalam Shahih al-Bukhari diriwayatkan, Umar bin Khathab radhiallahu anhu berkata kepada Nabi shallallaahu ;alaihi wasallam, “Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, adalah orang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu selain diriku sendiri.” Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam bersabda, “Tidak, demi Dzat yang jiwaku ada di TanganNya, sehingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri”. Maka Umar radiyallaahu ‘anhu berkata kepada beliau, “Sekarang ini engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Maka Nabi shallallaahu ;alaihi wasallam bersabda, “Sekarang (telah sempurna kecintaanmu (imanmu) padaku) wahai Umar.”
Dalam Shahih al-Bukhari diriwayatkan, Umar bin Khathab radhiallahu anhu berkata kepada Nabi shallallaahu ;alaihi wasallam, “Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, adalah orang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu selain diriku sendiri.” Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam bersabda, “Tidak, demi Dzat yang jiwaku ada di TanganNya, sehingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri”. Maka Umar radiyallaahu ‘anhu berkata kepada beliau, “Sekarang ini engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Maka Nabi shallallaahu ;alaihi wasallam bersabda, “Sekarang (telah sempurna kecintaanmu (imanmu) padaku) wahai Umar.”
Karena itu, barangsiapa yang kecintaannya kepada Nabi shallallaahu ;alaihi wasallam
belum sampai pada tingkat ini, maka belumlah sempurna imannya, dan ia
belum bisa merasakan manisnya iman hakiki, sebagaimana yang disabdakan
Nabi shallallaahu ;alaihi wasallam, “Ada tiga perkara yang bila
seseorang memilikinya, niscaya akan merasakan manisnya iman, Yaitu,
kecintaannya pada Allah dan RasulNya lebih dari cintanya kepada selain
keduanya...” (HR. al-Bukhari & Muslim)
2. Kenapa Cinta Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam ?
Tidak akan mencapai derajat kecintaan kepada Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam
secara sempurna kecuali orang yang mengagungkan urusan din (agama)nya,
yang keinginan utamanya adalah merealisasikan tujuan hidup, yakni
beribadah kepada Allah Subhanahu waTa’ala. Dan selalu mengutamakan akhirat daripada dunia dan perhiasannya.
Cinta Rasul shallallaahu 'alaihi wasallam
inilah dengan izin Allah menjadi sebab bagi kita mendapatkan hidayah
(petunjuk) kepada agama yang lurus. Karena cinta Rasul pula, Allah
menyelamatkan kita dari Neraka, serta dengan mengikuti beliau shallallaahu ;alaihi wasallam kita akan mendapatkan keselamatan dan kemenangan di akhirat.
Adapun cinta keluarga, isteri dan anak-anak,
maka ini adalah jenis cinta duniawi. Sebab cinta itu lahir karena mereka
memperoleh kasih sayang dan manfaat materi. Cinta itu akan sirna dengan
sendirinya saat datangnya Hari Kiamat. Yakni hari di mana setiap orang
berlari dari saudara, ibu, bapak, isteri dan anak-anaknya karena sibuk
dengan urusannya sendiri. Dan barangsiapa lebih mengagungkan cinta dan
hawa nafsunya kepada isteri, anak-anak dan harta benda duniawi, maka
cintanya ini akan bisa mengalahkan kecintaannya kepada para ahli agama,
utamanya Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam .
3. Tanda-tanda Cinta Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam
Cinta Nabi shallallaahu ;alaihi wasallam
tidaklah berupa kecenderungan sentimentil dan romantisme pada saat-saat
khusus, misalnya dengan peringatan-peri-ngatan tertentu. Cinta itu
haruslah benar-benar murni dari lubuk hati seorang mukmin dan senantiasa
terpatri di hati. Sebab dengan cinta itulah hatinya menjadi hidup,
melahirkan amal shalih dan menahan dirinya dari kejahatan dan dosa.
Adapun tanda-tanda cinta sejati kepada Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam adalah:
a. Mentaati beliau shallallaahu ;alaihi wasallam dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Pecinta sejati Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam manakala mendengar beliau shallallaahu ;alaihi wasallam memerintahkan sesuatu akan segera menunaikannya. Ia tak akan meninggalkannya, meskipun itu bertentangan dengan keinginan dan hawa nafsunya. Ia juga tidak akan mendahulukan ketaatannya kepada isteri, anak, orang tua atau adat kaumnya. Sebab kecintaannya kepada Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam lebih dari segala-galanya. Dan memang, pecinta sejati akan patuh kepada yang dicintainya.
a. Mentaati beliau shallallaahu ;alaihi wasallam dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Pecinta sejati Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam manakala mendengar beliau shallallaahu ;alaihi wasallam memerintahkan sesuatu akan segera menunaikannya. Ia tak akan meninggalkannya, meskipun itu bertentangan dengan keinginan dan hawa nafsunya. Ia juga tidak akan mendahulukan ketaatannya kepada isteri, anak, orang tua atau adat kaumnya. Sebab kecintaannya kepada Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam lebih dari segala-galanya. Dan memang, pecinta sejati akan patuh kepada yang dicintainya.
Adapun orang yang dengan mudahnya menyalahi dan meninggalkan perintah-perintah Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam
serta menerjang berbagai kemungkaran, maka pada dasarnya dia jauh lebih
mencintai dirinya sendiri. Sehingga kita saksikan dengan mudahnya ia
meninggalkan shalat lima waktu, padahal Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam
sangat mengagungkan perkara shalat, hingga ia diwasiatkan pada
detik-detik akhir sakaratul mautnya. Dan orang jenis ini, akan dengan
ringan pula melakukan berbagai larangan agama lainnya. Na’udzubillah min
dzalik.
b. Menolong dan mengagungkan beliau shallallaahu ;alaihi wasallam
. Dan ini telah dilakukan oleh para sahabat sesudah beliau wafat. Yakni
dengan mensosialisasikan, menyebarkan dan mengagungkan sunnah-sunnahnya
di tengah-tengah kehidupan umat manusia, betapapun tantangan dan resiko
yang dihadapinya.
c. Tidak menerima sesuatupun perintah dan larangan kecuali melalui beliau shallallaahu ;alaihi wasallam,
rela dengan apa yang beliau tetapkan, serta tidak merasa sempit dada
dengan sesuatu pun dari sunnahnya . Adapun selain beliau, hingga para
ulama dan shalihin, maka mereka adalah pengikut Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam .Tidak seorang pun dari mereka boleh diterima perintah atau larangannya kecuali berdasarkan apa yang datang dari Nabi shallallaahu ;alaihi wasallam.
d. Mengikuti beliau shallallaahu ;alaihi wasallam dalam segala halnya. Dalam hal shalat, wudhu, makan, tidur dan sebagainya. Juga berakhlak dengan akhlak beliau shallallaahu ;alaihi wasallam dalam kasih sayangnya, rendah hatinya, kedermawanannya, kesabaran dan zuhudnya dsb.
e. Memperbanyak mengingat dan shalawat atas beliau shallallaahu ;alaihi wasallam . Mengharapkan bisa mimpi melihat beliau, betapapun harga yang harus dibayar. Dalam hal shalawat Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa bershalawat atasku sekali, niscaya Allah bershalawat atasnya sepuluh kali.” (HR. Muslim).
Adapun bentuk shalawat atas Nabi shallallaahu ;alaihi wasallam adalah sebagaimana yang beliau ajarkan. Salah seorang sahabat bertanya tentang bentuk shalawat tersebut, beliau menjawab, “Ucapkanlah”,
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد
(“Ya Allah, bershalawatlah atas Muhammad dan keluarga Muhammad”).(HR. al-Bukhari & Muslim).
f. Mencintai orang-orang yang dicintai Nabi shallallaahu ;alaihi wasallam. Seperti Abu Bakar, Umar, Aisyah, Ali radiyallaahu ‘anhum dan segenap orang-orang yang disebutkan hadits bahwa beliau shallallaahu ;alaihi wasallam mencintai mereka. Kita harus mencintai orang yang dicintai beliau dan membenci orang yang dibenci beliau shallallaahu ;alaihi wasallam . Lebih dari itu, hendaknya kita mencintai segala sesuatu yang dicintai Nabi, termasuk ucapan, perbuatan dan sesuatu lainnya.
4. Bagaimana Agar Mencintai Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam ?
a. Hendaknya kita ingat bahwa Rasulullah shallallaahu ;alaihi wasallam
adalah orang yang paling baik dan paling berjasa kepada kita, bahkan
hingga dari orang tua kita sendiri. Beliau lah yang mengeluarkan kita
dari kegelapan kepada cahaya, yang menyampaikan agama dan kebaikan
kepada kita, yang memperingatkan kita dari kemungkaran. Dan kalau bukan
karena rahmat Allah Subhanahu waTa’ala yang mengutus beliau shallallaahu ;alaihi wasallam, tentu kita telah tenggelam dalam kesesatan.
b. Renungkanlah perjalanan hidup Rasul shallallaahu ;alaihi wasallam,
jihad dan kesabarannya serta apa yang beliau korbankan demi tegaknya
agama ini, dalam menyebarkan tauhid serta memadamkan syirik, sungguh
suatu upaya yang tidak bisa dijangkau oleh siapapun.
c. Renungkanlah keagungan akhlak Rasulullah shallallaahu ;alaihi wasallam,
sifat dan sikapnya yang sempurna, rendah hati kepada kaum mukminin dan
keras terhadap orang-orang munafik dan musyrikin, pemberani, dermawan
dan penyayang. Cukuplah sanjungan Allah Subhanahu waTa’ala atas beliau shallallaahu ;alaihi wasallam, artinya, “Dan sungguh engkau memiliki akhlak yang agung.” (QS.
d. Mengetahui kedudukan beliau shallallaahu ;alaihi wasallam di sisi Allah Ta’ala. Beliau shallallaahu ;alaihi wasallam
adalah orang yang paling mulia di antara segenap umat manusia, penutup
para Nabi, yang diistimewakan pada hari Kiamat atas segenap Nabi untuk
memberikan syafa’at uzhma (agung), yang memiliki maqam mahmud (kedudukan
terpuji), orang yang pertama kali membuka pintu Surga serta berbagai
keutamaan beliau lainnya. (Redaksi al-Sofwa)
HADITS NABAWI
*“Janganlah kamu mengkultuskanku sebagaimana orang-orang nashrani mengkultuskan putra maryam, sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba Allah, maka katakanlah (kepadaku), ‘Hamba Allah dan RasulNya’.” (HR. al-Bukhari).
* “Kalau boleh aku menyuruh seseorang sujud kepada orang lain, niscaya aku menyuruh seorang istri sujud kepada suaminya”. (HR. Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh al-Albani).
0 komentar:
Posting Komentar
Wa Tawaashou Bil Haqqi Wa Tawaashou Bisshobri !