Menuai Berkah di 10 Hari Bulan Dzul Hijjah

15 Oktober 2010 Label:
Sudah menjadi kaidah yang tetap dalam syari’at Islam bahwasanya ada beberapa waktu ibadah yang memiliki keutamaan lebih jika dibandingkan dengan waktu yang lainnya dan hal ini hanya dapat diketahui dengan keterangan Nash al-Qur’an dan Sunnah bukan dengan ijtihad dan rasio semata, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Ibnu Abdil Barr di saat menjelaskan hadits tentang keutamaan do’a pada hari ‘Arofah, beliau berkata: “Dalam hadits yang menerangkan tentang keutamaan hari ‘Arofah terdapat dalil bahwasanya sebagian hari lebih mulia (utama) dari sebagian yang lainnya, akan tetapi hal tersebut tidak bisa diketahui kecuali hanya dengan ketetapan wahyu (Al-Qur’an dan sunnah).” [At-Tamhiid VI/41].

Nash-nash al-Qur’an dan sunnah juga menunjukkan bahwa beberapa amalan ibadah akan memiliki keutamaan lebih jika ditinjau dari sisi waktu pelaksanaannya, walaupun mungkin jika dilihat dari asal amalan itu sendiri tidaklah memiliki keutamaan lebih dari yang lainnya, akan tetapi ia menjadi utama dan mulia disebabkan waktu dan hari pelaksanaannya. (Tajriidul Ittiba’: 115-116).

Di antara waktu dan hari-hari yang mulia dan penuh berkah tersebut ialah sepuluh hari pertama dari bulan Dzul Hijjah.

1. Ia memiliki banyak keutamaan yang seyogyanya diketahui dan dicari oleh setiap muslim, agar amalan ibadah mereka lebih bernilai di sisi Allah. Di antara keutamaannya ialah sebagai berikut:
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya:
“Demi fajar dan demi malam yang sepuluh”. [Al-Fajr: 1-2]

Allah telah bersumpah dalam ayat di atas dengan malam yang sepuluh yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah sebagaimana yang disebutkan oleh kebanyakan ulama Tafsir. Dikeluarkan oleh ath-Thobari dengan sanadnya, bahwasanya Ibnu Abbas berkata: “Sepuluh malam yang Allah bersumpah dengannya ialah sepuluh malam pertama dari bulan Dzul Hijjah”.

Ath-Thobari menyimpulkan setelah membawakan banyak riwayat tentang ayat tersebut: “Dan pendapat yang benar tentang tafsir ayat ini – menurut kami – ialah sepuluh hari `adh-ha (sepuluh awal Dzul Hijjah), karena kesepakatan hujjah dari ulama ahli tafsir tentang hal itu.” [Tafsir Ath-Thobari XII/560 -561].

Jika demikian, maka ayat tersebut menunjukkan akan kemuliaan sepuluh hari dari bulan Dzul Hijjah karena tidaklah Allah bersumpah dengan makhluk-Nya melainkan karena makhluk tersebut memiliki kemuliaan dan keagungan di sisi-Nya. (Al-Qaulul Mufiid: 127).

2. Sepuluh hari Dzul Hijjah ialah seutama-utama hari di dunia ini. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah bersabda:
أَفْضَلُ أَيَّامِ الدُّنْيَا الْعَشْرُ - يَعْنِيْ عَشْرَ ذِي الْحِجَّةِ.
“Seutama-utama hari di dunia ini ialah sepuluh hari (pertama) bulan Dzul Hijjah” [Hadits Shahih, lihat: Shahih at-Targhib II/1150 dan Shahih al-Jaami’: 1133].

Bahkan sampai sebagian Ulama’ berpendapat sepuluh hari Dzul Hijjah lebih utama dari sepuluh hari terakhir bulan Ram`adh-han walaupun di akhir Ram`adh-han terdapat malam yang lebih mulia dari semua malam (Lailatul Qadar). [Lathoiful Ma’arif: 399].

3. Amalan ibadah yang dilakukan pada sepuluh hari tersebut merupakan amalan ibadah yang paling Allah cintai. Dikeluarkan oleh Imam Al-Bukhori dari riwayat Ibnu Abbas dari Nabi Muhammad, beliau bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ اْلأَيَّامِ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَلَا الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ؟ قَالَ: وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ.

“Tidaklah ada hari yang dimana amal sholeh yang dilakukan padanya lebih Allah cintai dari hari-hari ini (sepuluh pertama bulan Dzul Hijjah), para Sahabat Bertanya: Wahai Rasulullah , Walaupun dibandingkan dengan jihad di jalan Allah? Beliau menjawab: Walaupun dengan jihad di jalan

Allah kecuali seorang keluar berjihad dengan jiwa dan hartanya kemudian dia tidak kembali lagi dengan sesuatu pun.” [Shahih Bukhori: 969].

Imam Ibnu Rajab berkata mengomentari hadits ini: “Hadits ini menunjukkan bahwa amal ibadah di sepuluh hari ini lebih Allah cintai dari amalan di hari-hari lainnya tanpa terkecuali, jika ia lebih dicintai Allah maka ia juga lebih mulia di sisi Allah... kemudian Allah kecualikan salah satu bentuk jihad dan itulah jihad yang paling mulia... adapun bentuk-bentuk jihad yang lain maka amal ibadah di sepuluh Dzul Hijjah masih lebih utama dan dicintai oleh Allah dari padanya, demikian pula amalan-amalan selain jihad. Hal ini menunjukan bahwa sebuah amalan yang lebih rendah keutamaannya jika dilaksanakan pada waktu yang diberkahi dan diutamakan akan semisal (nilai dan keutamaannya) dengan amalan-amalan yang utama bahkan akan lebih besar pahala dan ganjarannya.” [Latho’if al-Ma’aarif: 451-459].

4. Diantara keutamaannya, dalam sepuluh hari tersebut terdapat hari ‘Arofah (yaitu hari yang ke sembilan). Yang mana hari ‘Arofah memiliki keutamaan yang sangat banyak, seperti:
- Ia adalah hari yang disaksikan (Yaumul masyhuud) yang disebutkan dalam firman Allah yang artinya:

"Dan demi yang menyaksikan dan yang disaksikan”. [Al-Buruuj: 3]

- Hari pengampunan dosa, pembebasan dari api Neraka dan hari dimana Allah membanggakan diri dengan hamba-hambanya yang wukuf di ‘Arofah. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari hadits A’isyah, dia berkata: Bahwasanya Rasulullah bersabda: “Tidak ada suatu hari dimana Allah lebih banyak membebaskan hambanya dari api neraka dibandingkan dengan hari ‘Arofah. Sesungguhnya Dia mendekat (kepada hambanya) dan membanggakan diri kepada para Malaikat dan berfirman: Apakah yang mereka inginkan.” (Shahih Muslim II/892 hadits 1348).

- Di dalamnya terdapat rukun haji yang paling utama yaitu wukuf, sebagaimana sabda Rasulullah :

الْحَجُّ عَرَفَةُ.

“Haji itu ialah (wukuf) di ‘Arofah”. (HR. At-Tirmidzi 890 dan dishahihkan oleh al-Albani di Shahih Abu Daud 1949).

5. Demikian juga, hari kesepuluh merupakan hari Raya terbesar ummat Islam yaitu Iedul `adh-ha, yang juga merupakan hari yang paling utama di sisi Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah :

أَعْظَمُ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ اْلقِرِّ.

“Seutama-utama hari di sisi Allah ialah hari Iedul `adh-ha kemudian hari berikutnya”. [HR. Abu Daud II/369 no. Hadits 1756 dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jaami’ no.1064].

AMALAN-AMALAN IBADAH YANG DISYARIATKAN PADA SEPULUH DZUL HIJJAH:

Secara umum semua amal ibadah di sepuluh hari Dzul Hijjah mendapatkan keutamaan dan keberkahannya meskipun ada beberapa amalan yang lebih ditekankan untuk dilakukan khususnya diwaktu-waktu tertentu dari sepuluh hari tersebut, seperti:

1. Memperbanyak dzikir kepada Allah, sebagaimana firman-Nya (artinya):

“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah di tentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak”. [QS. Al-Hajj: 28].

Menurut Jumhur Ulama’ yang dimaksud dengan hari-hari yang telah ditentukan ialah sepuluh hari Dzul Hijjah, di antaranya Ibnu Abbas, Al-Hasan, ‘Atho, Mujahid Ikrimah dan yang lain. (Latho’iful Ma’arif: 402).

Maka perbanyaklah padanya membaca Tahlil,Takbir dan Tahmid di rumah, di tempat kerja, di masjid dan yang lainnya (Adh-Dhiya’u Al-Laami’ VI/440).

2. Puasa ‘Arofah bagi yang tidak melaksanakan ibadah haji.

Di antara amalan yang utama ialah puasa ‘Arofah yaitu di hari kesembilan di saat para jama’ah haji wukuf di ‘Arofah, yang mana ia memiliki pahala yang sangat besar yaitu dihapusnya dosa seorang hamba selama 2 tahun, tahun yang telah lalu dan yang akan datang. Sebagaimana sabda Rasulullah :

...صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَـفّــِرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهَا وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهَا...

“...Puasa pada hari ‘Arofah aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang...” [HR. Muslim II/818 hadits 1162].

3. Memperbanyak do`a di hari ‘Arofah.

Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, bahwasanya Nabi Muhammad bersabda:

خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ.

“Sebaik-baik do`a ialah do`a di hari ‘Arofah” [HR. At-Tirmidzi: 3585 dan dihasankan oleh al-Albani di Misykat Al-Mashobih II/797].

Imam Ibnu Abdil Barr berkata: “Dalam hadits tersebut terdapat penjelasan tentang do`a di hari ‘Arofah lebih utama dari yang lainnya dan juga sebagai dalil tentang keutamaan hari `Arofah dibandingkan dengan hari yang lainnya. .” [At-Tamhiid: VI/41].

“Musim haji adalah beberapa bulan yang telah diketahui”. [QS. Al-Baqaroh: 197].

4. Menunaikan ibadah haji.

Bulan Dzul Hijjah merupakan bulan-bulan haji sebagaimana dalam firman Allah yang artinya:

Yaitu bulan Syawwal, Dzul Qo’dah dan Dzul Hijjah. Oleh karena itu termasuk amalan yang mulia dalam sepuluh hari ini ialah melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu. Allah berfirman yang artinya:

“Adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah”. (QS. Ali Imran: 97).

Perlu untuk kita ketahui dan sadari, bahwa barangsiapa yang berazam kuat dan berniat baik untuk melaksanakan ibadah haji, akan tetapi dia belum bisa menunaikannya dikarenakan kemam-puan fisik atau materi yang tidak mendukung maka insya Allah dia akan diberikan pahala sesuai dengan niatnya tersebut.

Rasulullah bersabda kepada para sahabatnya manakala telah mendekati kota Madinah ketika pulang dari peperangan Tabuk: “Sesungguhnya di Madinah ada sekelompok orang, tidaklah kalian menempuh perjalanan (jihad fi sabilillah) dan melewati lembah kecuali mereka mendapatkan pahala bersama kalian. Para sahabat bertanya: Mereka diam di Madinah (tidak ikut keluar berjihad)? Beliau menjawab: Mereka tertahan dikarenakan ada udzur (alasan syar’i).
[HR. Muslim 1911].

5. Sholat Iedul `adh-ha.

Melaksanakan sholat iedul `adh-ha pada hari ke sepuluh, yang mana itu merupakan hari yang paling agung di sisi Allah, sebagaimana sabda Rasulullah :

أَعْظَمُ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ اْلقِرِّ.

“Seutama-utama hari di sisi Allah ialah hari Iedul `adh-ha kemudian hari berikutnya”. [HR. Abu Daud II/369 no. Hadits: 1756 dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jaami’ no. 1064].
6. Menyembelih hewan kurban.

Di antara amalan yang diutamakan ialah menyembelih hewan kurban, dimulai dari hari kesepuluh (hari ied) sampai selesai hari Tasyriq (hari ke 13). Bahkan para Ulama’ menyatakan wajib hukumnya bagi yang mampu, berdasarkan hadits Rasulullah :

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مَصَلَّانَا.

“Barangsiapa yang memiliki kelapangan (harta benda) kemudian ia tidak me-nyembelih hewan kurban maka janganlah ia mendekati tempat sholat kami.” (Shahih Ibnu Majah: 2532).
Demikianlah beberapa keutamaan dan keberkahan amal ibadah di sepuluh hari bulan Dzul Hijjah. Semoga Allah memudahkan kita beramal sholeh dan menghidupkan sunnah Nabi-Nya. Allahumma Amiin…

Wallohu 'Alam.

Sumber bacaan:
- Subulussalam, Shan`ani.
- Taudhihul Ahkam, Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam.
- Ensiklopedi Shalat, Sa`id bin Ali al-Qahtani.
- Asy-Syarh al-Mumti’, Syeikh Ibnu Utsaimin dll.

0 komentar:

Posting Komentar

Wa Tawaashou Bil Haqqi Wa Tawaashou Bisshobri !

 
.::_Alumni STIBA Makassar_::.
© Sekretariat : Jl. Inspeksi PAM Manggala Makassar 90234 HP. (085 236 498 102) E-mail:alumni.stiba.mks@gmail.com |(5M) |Mu'min |Mushlih |Mujahid |Muta'awin |Mutqin