Perbanyak Amal Menuju Surga
“51. Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Mu’minûn [23]: 51)
Dalam al-Qur’ân amal shalih disebutkan berulang-ulang hal ini menunjukkan sangat penting untuk diperhatikan, direnungkan, dan dikerjakan oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Diantaranya dalam QS al-Mu’minûn ayat 51 Allâh Azza wa Jalla menganjurkan agar manusia memakan makanan yang halal dan berbuat baik kepada seluruh makhluk hidup. Dalam Fathul Bâri, VI/186, disebutkan bahwa Abu Abdullâh al-Saji rahimahullâh berkata, “Ada lima hal, yang dengannya amal menjadi sempurna: 1) Beriman dengan mengenal Allâh Azza wa Jalla, 2) Mengenal kebenaran, 3) Mengikhlaskan amal karena Allâh, 4) Beramal sesuai dengan Sunnah, dan 5) Memakan yang halal.
Jika salah satu dari kelima hal tersebut ada yang hilang, amal menjadi tidak naik. Jika kita mengenal Allâh Azza wa Jalla, namun tidak mengenal kebenaran, kita menjadi tidak berguna. Jika kita mengenal Allâh dengan mengenal kebenaran, namun tidak mengikhlaskan amal, kita menjadi tidak berguna. Jika kita mengenal Allah, mengenal kebenaran, dan mengikhlaskan amal, namun tidak sesuai dengan Sunnah, kita menjadi tidak berguna. Jika kita memenuhi keempat syarat tersebut, namun apa yang kita makan tidak halal, kita menjadi tidak berguna.
Dalam sebuah situs di sebutkan bahwa amal shalih atau yang biasa juga kita sebut “berbuat baik” bisa dilakukan dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Kita tentu bisa beramal shalih sesuai dengan profesi dan pekerjaan kita masing-masing dan tidak harus mempublikasikannya. Artinya, setiap amal perbuatan baik kita harus didasarkan pada hati yang ikhlas karena Allâh Azza wa Jalla, kalau perlu harus disembunyikan dari sepengetahuan orang lain. Ibarat pepatah, tangan kanan berbuat tapi tangan kiri tak perlu mengetahui. Tentu hal ini sangat berat karena banyak manusia saat ini yang mempunyai watak sebaliknya yaitu haus akan pujian. Mereka memang berkesan darmawan, namun sesungguhnya itu semua mempunyai maksud tertentu, jadi bukan didasarkan keikhlasan.
Suka atau tidak suka, untuk mendapatkan surga itu memang tidak murah dan juga tidak mudah. Kita harus “membelinya” dengan kerja nyata, disamping juga pengorbanan. Tidak cukup bila kita hanya mengumpulkan teori, mempelajari ilmu dan memenuhi kepala kita dengan ribuan buku. Itu hanya sekedar dongeng dikepala jika tidak kita ejawantahkan dalam bentuk karya nyata, yakni dengan melakukan perbuatan untuk kemaslahatan manusia.
Allâh tidak menilai seberapa ilmu yang telah kita kuasai. Tapi Allâh menghitung dan menghisab apa yang telah kita lakukan dengan kehidupan yang kita miliki, terutama untuk kesejahteraan manusia. Hidup ini hendaknya jangan berfikir sempit dan terkotakan dengan ilmu kita sendiri, yang ujung-ujungnya menjadi picik, sehingga tidak lahir perbuatan nyata dari ilmu yang kita miliki itu.
Ada Kabar Gembira!
Pada kesempatan ini, saya akan memberikan kabar gembira pada pembaca, mungkin diantara kita sudah ada yang pernah mendengarnya. Namun disini kami hanya mengingatkan kembali apa yang pernah kita pelajari, ada enam hal yang akan menjamin kita masuk surga jika kita mampu menjaganya, sebagaimana kabar gembira yang saya maksud adalah hadits Rasûlullâh yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya,
Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa Sallam bersabda,” Jaminlah untukku 6 hal darimu, aku jaminkan surga untukmu; 1) jujur jika berbicara, 2) tepatilah jika berjanji, 3) laksanakan amanah jika dipercaya, 4) jagalah kemaluanmu –tutuplah aurot-, 5) jagalah pandanganmu –dari yang haram-, dan 6) jagalah tanganmu.”( HR Ahmad, Ibnu Hibban dan Baihaqi)
Subhanallâh, begitu indahnya hadits ini dan begitu bahagianya bagi meraka yang mendengarnya. Karena hadits ini menjadi inspirasi untuk kita semua, melalui hadits Rasûlullâh yang diriwayatkan Imam Ahmad akan menjamin kita masuk surga –nampak wajah anda tersenyum-, ketika kita sebagai ummat Muhammâd shallallâhu ‘alaihi wa Sallam mampu menjaga 6 hal yang ada pada diri kita, maka kita akan dijamin akan masuk surga.
Enam Hal Untuk Kita!
Pertama, (أًصْدُقُوْا إِذَا حَدَّثْتُمْ) jujur jika berbicara. Setiap kata yang keluar selalu berorientasi hikmah dan tidak ada yang sia-sia. Seseorang yang benar dalam tutur kata biasanya memiliki kejernihan hati. sedapat mungkin jejeran kata selalu ada ruhiyahnya dan karenanya tak akan mengecewakan siapapun, hal ini dijelaskan dalam firman Allâh,
“70. Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allâh dan katakanlah perkataan yang benar, “71. Niscaya Allâh memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu dan barangsiapa mentaati Allâh dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS al-Ahzâb [33]: 70-71)
“9. Dan hendaklah takut kepada Allâh orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allâh dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS al-Nisâ’ [4]: 9)
Kedua, (وَأَفُوْا إِذَا وَعَدْتُمْ) tepatilah jika berjanji. Saat taat kepada Allâh dan Rasul-Nya, saat itulah kita telah menepati janji. Kita semua sesungguhnya terikat dengan janji kepada Allâh waktu di alam roh. Simaklah firman Allâh berikut, “172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allâh mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan).” (QS al-A’râf [7]: 172)
Ketiga, (وَأَدُّوْا إِذَا اؤْتُمِنْتُمْ) laksanakan amanah jika dipercaya. Orang yang amanah adalah orang yang diberi rasa aman, yaitu sebagai buah dari keimanannya kepada Allâh. “58. Sesungguhnya Allâh menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allâh memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allâh adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.” (QS al-Nisâ’ [4]: 58)
Keempat, (وَاحْفَظُوْا فُرُوْجَكُمْ) jagalah kemaluanmu –tutuplah aurot-. Orang yang mampu menjaga kemaluannya, maka akan terjaga kehormatannya. Ketika seseorang sudah mampu menjaga kehormatannya, maka ia akan mendapatkan kemuliaan di sisi Allâh. Dan balasan bagi mereka adalah surga firdaus, kekal mereka di dalamnya, sebagaimana firman Allâh,
“1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 2. (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya, 3. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, 4. Dan orang-orang yang menunaikan zakat, 5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, Maka Sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada terceIa, 7. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas, 8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, 9. Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya, 10. Mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, 11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus, mereka kekal di dalamnya.” (QS al-Mu’minûn [23]: 1-11).
Di ayat lain Allâh mempertegas, “31. Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allâh, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS al-Nûr [24]: 31)
Kelima, (وَغُضُوْا أَبْصَارَكُمْ) jagalah pandanganmu –dari yang haram-. Pada diri setiap mata ada hak dan diantara hak mata adalah menghindarkannya dari tontonan yang diharamkan. Karena itu, akan dijaminkan surga jika seseorang mampu menahan matanya dari hal-hal yang diharamkan seperti tontonan yang mengumbar aurot, film-film atau situs porno. ” tatapan pertama hadiah bagimu, sementara tatapan berikutnya bukan milikmu.” ujar Ali Bin Abi Thalib.
Keenam, (وَكُفُّوْا أَيْدِيَكُمْ) jagalah tanganmu. Menjaga tangan berarti menempatkan tangan sesuai fungsinya dan fungsi tangan di antaranya menolong siapapun yang membutuhkan. “Cukuplah keimanan seseorang kepada Allâh dan hari kiamat jika mampu menahan tangannya dari menyakiti saudara atau tetangganya” demikianlah sabda Nabi shallallâhu ‘alaihi wa Sallam . Wallâhu A’lam bi al-Shawwâb.
0 komentar:
Posting Komentar
Wa Tawaashou Bil Haqqi Wa Tawaashou Bisshobri !