Bulan
Muharrom adalah bulan yang mulia, bahkan bulan yang paling mulia di
antara empat bulan yang mulia, maka selanjutnya, apa sajakah yang
menunjukkan akan kemuliaan atau keutamaan bulan yang mulia ini?
Berikut adalah di antara hal yang menunjukkan kemulyaan atau keutamaan bulan ini:1. Dilarangnya seseorang melakukan kezholiman pada bulan tersebut.
Hal ini seperti ditunjukkan oleh zhahir ayat, Allah berfirman, فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ (maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan tersebut). Namun, tidak berarti bahwa kezholiman boleh dilakukan pada bulan-bulan lainnya.
2. Pahala amal sholeh lebih besar dibandingkan bulan-bulan lainnya. Dan demikian pula Dosa yang dilakukan pada bulan tersebut.
Inilah penafsiran al Hafizh Ibnu Katsir –semoga Allah merahmatinya- terhadap firman Allah ta’ala, Surat at taubah ayat 36 di atas. Beliau –rahimahullah- mengatakan, “Di bulan-bulan yang Allah tetapkan di dalam setahun kemudian Allah khususkan dari bulan-bulan tersebut empat bulan, yang Allah menjadikan sebagai bulan-bulan yang mulia dan mengagungkan kemuliaannya, dan menetapkan perbuatan dosa di dalamnya sangat besar, begitu pula dengan amal shalih pahalanya begitu besar.”
3. Puasa di bulan ini merupakan puasa yang paling utama setelah puasa di Bulan Romadhan.
Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
« أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ »
“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah (puasa di)
bulan Allah al-Muharram. Dan sholat yang paling utama setelah sholat
fardhu adalah sholat malam.” (HR. Muslim).4. Penyandaran bulan ini kepada Allah, dalam sabda Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ (bulan Allah al-Muharram).
Ibnu Rajab al Hambali mengatakan, Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut Muharram dengan “Syahrulloh” (Bulan Allah). Penyandaran bulan ini kepada Alloh menunjukkan kemuliaan dan keutamaannya. Sesungguhnya Alloh ta’ala tidaklah menyandarkan kepadaNya kecuali makhluk-makhluqNya yang bersifat khusus. Seperti kasus penisbatan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Ibrahim, Ishak, Ya’kub dan para nabi yang lainnya terhadap penghambaan kepadaNya, seperti pula penisbatan rumahNya (yakni : Ka’bah) dan Onta kepadaNya.
5. Terdapat hari khusus (yaitu : hari ‘asyuro) bila mana seseorang berpuasa pada saat itu, maka kesalahan setahun sebelumnya terhapuskan.
Abu Qatadah Al Anshari -radhiallahu anhu- berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari ‘Asyura`, beliau menjawab:
يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
“Ia (yakni : “Puasa ‘Asyura) akan menghapus dosa-dosa sepanjang tahun yang telah berlalu.” (HR. Muslim no. 1162).6. Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencari keutamaannya dengan melakukan amal sholeh, di antaranya dengan berpuasa. Bahkan Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat menjaga puasa pada hari ‘asyuro.
Ubaidillah bin Abu Yazid meriwayatkan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas ditanya tentang, “ puasa ‘Asyuro “. Beliau mejawab,
مَا عَلِمْتُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَامَ يَوْمًا يَطْلُبُ فَضْلَهُ عَلَى الأَيَّامِ إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ
“Tidaklah aku mengetahui bahwa Rasulullah berpuasa pada suatu
hari di mana beliau mencari keutamaannya atas hari-hari yang lainnya
kecuali hari ini.” (HR. Muslim, no.2718).Ibnu Abbas juga berkata,
ما رأيت النبي صلى الله عليه وسلم يتحرى صيام يوم فضَّله على غيره إلا هذا اليوم يوم عاشوراء
“Tidaklah aku melihat Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam lebih
menjaga puasa pada hari yang diutamakannya dari hari yang lain kecuali
hari ini, yaitu ‘Asyura.” (HR. al Bukhari dan Muslim).7. Pada bulan ini, terdapat suatu hari di mana terjadi peristiwa agung dan pertolongan yang nyata. Allah menampakkan kebenaran atas kebatilan, di mana Allah menyelamatkan Musa beserta kaumnya. Allah menenggelamkan Fir’aun berserta kaumnya.
Ibnu Abbas -radhiallahu anhuma- menuturkan :
أنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ
فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا
هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي تَصُومُونَهُ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ
أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ
فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى
مِنْكُمْ فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
“Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- mendatangi
kota Madinah, lalu didapatinya orang-orang Yahudi berpuasa di hari
‘Asyura. Maka beliau pun bertanya kepada mereka, “Hari apakah ini,
hingga kalian berpuasa?” mereka menjawab, “Hari ini adalah hari yang
agung, hari ketika Allah memenangkan Musa dan Kaumnya, dan
menenggelamkan Fir’aun serta kaumnya. Karena itu, Musa puasa setiap hari
itu untuk menyatakan syukur, maka kami pun melakukannya.” Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kami lebih berhak dan
lebih pantas untuk memuliakan Musa daripada kalian.” kemudian beliau
pun berpuasa dan memerintahkan (para sahabat) agar berpuasa di hari
itu.” (HR. Al-Bukhari no. 3145, dan Muslim no. 1130)Dalam riwayat imam Ahmad bersumber dari Abu Hurairah terdapat tambahan, yaitu :
وهو اليوم الذي استوت فيه السفينة على الجودي فصامه نوح شكرا ً.
Ia adalah hari di mana kapal (yakni : kapal Nabi Nuh) berlabuh di
atas bukit Judi (yakni : suatu bukit yang terletak di Armenia sebelah
selatan, berbatasan dengan Mesopotamia-ed), maka nabi Nuh berpuasa pada
hari itu sebagai bentuk rasa syukur (kepada Allah). Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar
Wa Tawaashou Bil Haqqi Wa Tawaashou Bisshobri !